Sayan, tradisi gotong royong antar warga Jambuwer

Sayan di desa desa Jawa (sumber : https://www.kompasiana.com/aremangadas/5535ad036ea834ed1dda42ee/saya-budaya-membangun-rumah-secara-gotongroyong)

Pergaulan masyarakat desa yang bersifat komunal menjadi lahan yang subur bagi tumbuhnya perilaku tolong – menolong yang kuat diantara sesama warganya. Tolong menolong dan ber-gotong royang dalam banyak hal merupakan kebiasaan warga Jambuwer. Kebiasaan ini mungkin telah ada sejak tanah Jambuwer mulai dibabat, yang tentunya dipengaruhi oleh adat masyarakat Jawa waktu itu pada umumnya. Kegiatan tolong menolong dan ber-gotong royong itu ada yang disebut dengan sayan.

Istilah sayan mungkin berasal dari kata soyo (jawa) yang artinya membantu, tentu saja tanpa pamrih. Kegiatan sayan umumnya dilakukan pada pembangunan rumah warga, tempat ibadah, kandang ternak dan sejenisnya terutama yang sifatnya membantu perseorangan. Sedangkan apabila untuk kepentingan umum seperti jalan, umumnya disebut gera’an.

Sayan dilakukan sebagai upaya untuk membantu tetangga dalam mengerjakan pekerjaan – pekerjaan yang sulit dilakukan dengan sedikit orang. Contoh – contoh pekerjaan yang membutuhkan sayan antara lain memasang genting rumah, mendirikan kandang ternak, pengecoran atap, dan sebagainya. Memang umumnya sayan dilakukan pada pembangunan rumah warga.

Hal yang sangat lazim di Jambuwer, bahwa bantuan tenaga (khususnya dari para tetangga sekitar, atau saudara) adalah hal yang biasa dan tidak akan dibalas dengan uang. Demikian juga kegiatan sayan ini. Orang – orang yang melakukan sayan tidak menerima imbalan berupa uang dari tuan rumah. Semuanya dilakukan semata – mata karena ikatan ketetanggaan dan persaudaraan yang kuat di masyarakat desa. Bahkan seorang tukang yang bekerja membangun rumah sering mengurangi jatah gaji hariannya untuk diakui sebagai sayan. Misalnya dia bekerja 7 hari, maka hanya minta gaji 6 hari, sedangkan yang sehari diberikan kepada tuan rumah sebagai ganti sayan.

Sayan pengecoran kantor pelayanan desa Jambuwer (2012)

Gambar diatas adalah gambaran kerukunan warga ketika melakukan pengecoran atap kantor desa Jambuwer (Sabtu, 22 Desember 2012). Ini hanya sekedar contoh, karena kantor desa merupakan tempat publik sehingga kegiatan sejenis ini bisa dikatakan gera’an. Bisa dibayangkan seandainya warga desa tersebut melakukannya demi uang, berapa besar biaya yang dikeluarkan. Itulah salah satu kekuatan sayan, salah satu tradisi warga desa Jambuwer yang wajib dilestarikan.